Jusuf Kalla |
Pasaman Barat, bundaran4news.com - Sumando Ranah Minang, juga Mantan Wakil Presiden RI, Muhammad Jusuf Kalla, dalam beberapa bulan terakhir, dua ulama besar asal Minang (Sumatera Barat,) meninggal dunia di Jakarta dan Yogyakarta. Untuk menggantikan posisi atau sosok yang bersahaja, seperti mereka di Jakarta dan Yogyakarta, sangat sulit.
Kedua tokoh karismatik asal Ranah Minang yang beberapa bulan lalu meninggal dunia adalah, Prof. Ahmad Syafii Maarif, guru besar Universitas Negeri Yogyakarta, sekaligus mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhamadiyah, dengan Prof. Azyumardi Azra, cendikiawan, ulama, dan mantan Rektor UIN (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Seperti dilansir dari detik.com, diketahui, penjelasan Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (JK) mengkritik Sumatera Barat disampaikannya saat hadir sekaligus menyampaikan sambutan pada upacara peringatan hari jadinya Provinsi Sumatera Barat di ruang sidang utama DPRD Sumatera Barat, Padang, Sabtu ,(1/10) kemarin.
Kehilangan tokoh dan sosok ulama bersahaja di Jakarta dan beberapa kota besar dan proviinsi lain, khususnya di Tanah Jawa, ulas Sumando Lintau, Kabupaten Tanah Datar itu, akibat kian berkurang tokoh atau sosok bersahaja asal Ranah Minang, seperti di Jakarta. Dulu, menjumpai ulama bersahaja asal Minang di masjid-masjid dalam kawasan ibukota negara, Jakarta, sangat mudah, berbeda dengan kondisi yang ada pada saat ini.
"Mohon maaf, Sumatera Barat, saat ini kehilangan sosok bersahaja dan ulama kharismatik yang aktif dan berdomisili di Jakarta.Dulu d tahun 1950-an atau 1960 an, kalau dijumatan di 10 masjid dalam wilayah ibukota negara, maka di delapan mesjid di antaranya khatib Jumat nya adalah orang Minang. Sekarang, mencari khatib orang Minang di Jakarta tidak mudah lagi," kata Jusuf Kalla di gedung DPRD Sumatea Barat, Sabtu (1/10) siang kemarin.
JK yang akrab disapa dari mantan wakil presiden RI itu, hadir sekaligus memberikan sambutan dalam Rapat Paripurna Istimewa dalam rangka Hari Jadi ke-77 Provinsi Sumatera Barat di Padang. Menurutnya, dari sisi ulama, kondisi Minang hari ini sangat berbeda dengan masyarakat Bugis.
"Saya diberitahu oleh Pak Gubernur kemarin ada Ustad Das'at Latif datang berceramah. Penceramah nasional itu sekarang lebih banyak orang Bugis dibanding orang Minang. Ustad siapa yang diundang kemana-mana orang Minang? Orang Minang tidak ada lagi. Orang Bugis ada terus. Ada Das'at, (Muhammad Nur) Maulana, Quraisy Sihab dan lain sebagainya. Yang menonjol sekarang juga (Ustad Abdul) Somad. Batubara. Dari Sumatera Utara yang besar di Riau," katanya.
"Padahal, yang mengajar orang Bugis itu soal Islam adalah orang Minang. Yang membawa Islam dan mengislamkan orang Bugis semuanya dari Minang. Datuak Ribandang. Kalau tidak ada orang Minang, mungkin orang Bugis tidak memahami Islam dengan baik. Bahkan bisa jadi tidak Islam," ilmunya lagi.
Karena itu menurut JK perlu ada upaya memajukan kembali tingkat pengetahuan keagamaan ulama dan ustad yang banyak, mengembalikan marwah itu dari orang Minang.
"(Ulama) Orang Minang tidak ada lagi. Padahal disini dulu kalau mau belajar agama, datang ke Thawalib, datang ke Padang Panjang. Sekarang tidak ada lagi yang norpikir datang ke Padang Panjang. Paling ke Padang Panjang orang pergi makan sate (Mak Syukur). Kenapa terjadi? Karena sekarang terbalik. Orang Minang belajar sekolah agama sekarang pergi ke Gontor. Jadi ini yang harus diperbaiki," tambah JK. (gmz))