Kepala Kantor, Ketika Berada di MTsN 4 Pasaman Barat |
Pasaman Barat, smartsumbar.com –
Kepala Kantor Kementerian Agama Pasaman Barat, Muhammad Nur, mengakui,
menjadikan lembaga pendidkan maju juga berkualitas, tidak bisa dengan
mengandalkan apa adanya. Harus ada kesungguhan, keseriusan serta tanggungjawab bersama,
sesuai peran dan fungsinya masing-masing.
“Bagaimana mungkin suatu lembaga
pendidikan, seperti Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 4 Pasaman Barat yang
diakui sebagai sebagai madrasah besar dan
berlokasi di ibukota kabupaten akan maju, jika penatakelolaan dengan manejemennya
tidak diubah”, kata Muhammad Nur di ruang kerjnya, Simpang Empat, Rabu (11/5).
Penatakelolaan dan penerapan sistem
manajemen berjenjang dimaksud, harus diterapkan sesuai tugas pokok serta fungsi
(Tupoksi) masing-masing. Kepala madrasah, ingatnya, jika tidak berkaitan dengan
urusan penting dan insidentil, akan tidak pas jika dirinya berhubungan langsung
dengan siswa, apalagi jika proses pembelajaran sedang berjalan.
Yang berurusan dengan siswa,
uasnya, tentu guru bidang studi yang mengajar, wali kerlas bersangkutan, dan
wakil kepala bidang kesiswaan. Jika berkaitan dengan sikap, akhlak, tingkahlaku,
dan sebagainya, yang berperan adalah guru bimbingan konseling (BK), selanjutnya
menjalankan tugas sesuai peran dan fungsinya.
Lebih khusus, kata Muhammad Nur,
keberadaan gusu BK di madrasah, seperti di MTsN 4 Pasaman Barat, bukan saja
melayani siswa yang bermasalah, melalui pemberian bimbingan dan pembinaan
berjenjang di ruangannya. Guru BK bersama tenaga pengajar lain, harus menjadikan
dirinya sebagai orangtua asuh, malah jika bergaul setara dengan saudara siswa
di madrasahnya.
Jika penerapan sistem orangtua
asuh atau setara dengan saudara siswa di madrasahnya berjalan maksimal, ingat
kepala kantor, otomatis interaksi antara pendidik, siswa bersama warga madrasah
lain akan terjadi harmonisasi. Selain itu, penerapan sistem orangtua asuh (guru)
bagi siswa, maka berjalan sistem kekeluargaan dan saling terbuka antara guru
dengan siswa.
Sangat lebih epektif, ulas
Muhammad Nur, jika penerapan sistem pengampuan siswa bagi guru di madrasahnya
bisa dilestarikan. Seorang guru misalnya, dia bisa mengasuh tujuh orang siswa, sistem
pembelajaran yang dilaksanakan juga dilaksanakan dengan pola belajar sambil
bermain, dan dilengkapi pola diskusi, berarti sistem pembalaaran kekeluargaan
akan berjalan.
“Karena di komplek MTsN 4 Pasaman
Barat, Simpang Empat memiliki pohon pelindung, akan lebih epektif jika di bawah
kayu rimbun dimaksud dibuat tempat belajar terbuka. Setiap kelompok, misalnya
tujuh orang dan diasuh seorang guru sekaligus, menjalankan proram pembelajaran,
maka sasaran proses pembalajaran epektif akan terpenuhi”, tambah Muhammad Nur,
mengakhiri. (gmz/irz)